JAKARTA – Gaya hidup generasi O, yang dikenal dengan kecenderungannya menghabiskan waktu di depan layar monitor, terkoneksi dengan internet, membawa contoh buruk dalam menjalani hidup sehat.
Istilah generasi O mungkin masih agak asing di sebagian kalangan masyarakat Indonesia. Padahal generasi ini berpotensi menyimpan penyakit.
Secara sederhana, generasi O adalah istilah yang merujuk pada generasi muda yang memiliki gaya hidup tidak sehat akibat kesibukan dan padatnya pekerjaan.
Pengamat gaya hidup Dwi Sutarjono mengatakan sebenarnya banyak orang yang sudah memahami pentingnya gaya hidup sehat, namun hal ini hanya dijadikan sebagai tren, bukan kebutuhan.

“Misalnya, jadi member gum selama tiga tahun, tapi cuma datang dua kali. Itu pun hanya numpang mandi karena tempatnya memang enak dan harus mengejar agenda lain,” kata Dwi.
Tuntutan Berlebihan
Riset Sun Life Financial Asia Health Index: Life Healthier Lives pada 2018 menunjukkan ada tiga gaya hidup tidak sehat tertinggi yang membuat seseorang masuk dalam kategori generasi O. Tiga O itu adalah overwhelmed (kelelahan), overeating (terlalu banyak makan), dan overworked (terlalu banyak bekerja).
Riset tersebut menunjukkan bahwa 51 persen generasi muda Indonesia kurang berolahraga, 34 persen tidur kurang dari enam jam per malam, dan 32 persen sering mengonsumsi makanan tidak sehat.
Tidak hanya di Indonesia, penelitian ini juga dilakukan di beberapa negara lainnya di Asia, di antaranya Malaysia, Filipina, Hong Kong, Thailand, dan Cina, terhada laki-laki dan perempuan berusia 17 sampai 49 tahun.
Di Indonesia, survei ini dilakukan terhadap 600 orang yang terdiri dari 312 pria dan 288 wanita di Medan, Jakarta, dan Surabaya. Sangat disayangkan bahwa banyak anak-anak muda sebagian besar masuk dalam generasi O. Padahal masa depan bangsa ada di tangan anak muda.
BACA JUGA:
Masyarakat Indonesia sebenarnya sadar akan pentingnya perubahan hidup seperti manajemen stres dan olahraga. Namun, ini belum sepenuhnya diterapkan dalam tindakan nyata.
Ada sejumlah alasan yang membuat anak-anak muda kesulitan menerapkan gaya hidup sehat. Menurut studi yang sama, sebesar 44 persen kendala utama didorong oleh tuntutan pekerjaan yang berlebihan, sehingga tak mampu menjalani gaya hidup sehat.
Selain tekanan pekerjaan, sebanyak 36 persen terkendala distraksi atau gangguan yang bisa datang dari berbagai macam hal. Kebanyakan distraksi ini merupakan kebutuhan hiburan, seperti ajakan makan, nonton, dan sebagainya.
Kendala lainnya adalah adanya anggapan bahwa untuk menjalani gaya hidup sehat membutuhkan biaya yang mahal. Kendala biaya ini disebut berasal dari makanan-makanan sehat dan biaya pusat kebugaran.
Pengaruh Media Sosial
Sementara itu, Dwi Sutarjono selaku pengamat gaya hidup menuturkan teknologi telah mengubah pola hidup dan tantangan yang dihadapi generasi saat ini, yang bahkan tidak ditemukan pada generasi sebelumnya.
Teknologi membuat kehidupan generasi ini terbebani dengan persaingan di dunia nyata maupun media sosial. Mereka juga memiliki karakter yang gesit serta ambisius, namun sering kali mencari jalan pintas dengan bekerja hingga larut, memilih makanan cepat saji, dan bergantung pada gadget.
Tanpa disadari, semangat ini membawa mereka pada kondisi kelelahan secara mental dan fisik. Belum lagi persaingan yang makin keras dan permasalahan identitas yang kerap dialami seiring berkembangnya media sosial.
“Dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi, generasi ini cenderung memilih cara instan untuk menyelesaikan masalah, misalnya dengan bekerja hingga larut, mengonsumsi makanan cepat saji, serta menyibukkan diri dengan gadget – yang tanpa disadari pada akhirnya justru berakibat pada munculnya berbagai masalah baru, utamanya di bidang kesehatan,” ujar Dwi.

Gaya hidup generasi O yang tidak sehat ini meningkatkan risiko serius bagi kesehatan, seperti timbulnya berbagai penyakit tidak menular (PTM), seperti obesitas, diabetes, hipertensi, stroke, dan penyakit kardiovaskular.
Padahal penyakit tidak menular dapat dicegah dengan mengendalikan berbagai faktor risiko, di antaranya dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin.
Agar tidak menjadi bagian dari generasi O, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti membatasi screen time atau jam layar, cukup tidur, dan melakukan aktivitas fisik. Selain itu, bisa juga dengan mulai mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang, mengelola stres dengan baik, dan membangun interaksi sosial.