JAKARTA - Mengolah bahan makanan bersumber protein hewani seperti daging ayam, ikan, atau sapi, memerlukan teknik yang tepat agar hasil akhirnya tidak hanya lezat tetapi juga bernutrisi.
Kesalahan dalam proses memasak dapat menyebabkan hilangnya tekstur, rasa, bahkan kandungan gizi yang penting bagi tubuh. Oleh karena itu, memahami karakteristik tiap jenis protein serta cara pengolahannya menjadi kunci sukses di dapur.
Chef Martin Praja menekankan, protein hewani adalah komponen penting dalam setiap sajian, namun juga paling mudah rusak jika diolah sembarangan.
"Teknik memasak dan bahkan cara memotong daging sangat mempengaruhi hasil akhir sebuah hidangan," jelasnya dalam acara Japfa Food x Imperial Group: Clash of Flavours, Farm to Fire, di Japfa The Learning Center, Kab. Bogor, baru-baru ini.
Sebagai contoh, daging ayam adalah jenis protein yang harus dimasak hingga matang sempurna (fully cooked). Banyak orang takut mengonsumsi daging ayam kurang matang karena risiko kesehatan, namun sering kali justru terlalu matang dan menghasilkan tekstur yang kering.
"Ayam yang ideal punya tekstur juicy, jadi penting memastikan suhu dan waktu memasaknya pas,” kata Chef Martin.
Berbeda halnya dengan daging sapi, yang memiliki tingkat kematangan berbeda-beda sesuai preferensi seperti rare, medium, atau well done. Chef Martin mengingatkan bagian-bagian tertentu seperti iga memerlukan teknik slow cooking untuk mendapatkan hasil yang empuk dan juicy.
"Memasak bagian keras dengan metode cepat akan membuat daging alot dan kehilangan kelezatannya,” ujarnya.
Sedangkan untuk jenis protein hewani lain yang cukup populer seperti daging ikan, kesalahan paling umum adalah memasaknya terlalu lama. Ikan yang terlalu matang cenderung menjadi kering, berserat kasar, dan kehilangan rasa alami laut yang seharusnya ringan dan lembut.
"Ikan itu sangat sensitif terhadap panas. Memasaknya terlalu lama akan merusak teksturnya dan rasa segarnya hilang,” ungkap Chef Martin.
Ia menyarankan penggunaan teknik memasak yang sesuai dengan jenis daging dan protein hewani yang hendak dimasak. Misalnya, teknik pan-searing untuk fillet ikan, braising atau slow cook untuk daging sapi bagian keras, serta roasting atau grilling (memanggang) untuk ayam yang dimarinasi sebelumnya.
BACA JUGA:
Ajang kreativitas mengolah sumber protein hewani

Dalam mengolah protein hewani, Japfa Food, bekerja sama dengan Imperial Group dalam menghadirkan kompetisi kuliner bertajuk “Clash of Flavours: Farm to Fire” pada 15–18 Juni 2025 di Bogor.
Ajang ini bukan hanya kompetisi memasak, tetapi juga inisiatif strategis untuk memperkuat ekosistem kuliner nasional yang lebih inovatif dan berkelanjutan yang menekankan penggunaan protein hewani berkualitas sebagai bahan utamanya.
Sebanyak 90 chef dari jaringan Imperial Group berpartisipasi, menampilkan signature dish yang mengedepankan rasa, orisinalitas, dan prinsip keberlanjutan.
“Dengan pendekatan one stop food solutions, kami ingin mendukung pelaku usaha kuliner dalam menghadirkan hidangan yang konsisten dalam rasa, efisien dalam pemrosesan, dan fleksibel dalam penyajian,” ujar Melvany Kasih, Head of Japfa Food Solutions.
Sementara itu, Ma Wilianto, CEO Imperial Group, menyampaikan, "Kerja sama ini menjadi momentum penting untuk memperkaya ragam sajian secara inovatif, sekaligus mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam setiap aspek pengembangan menu dan SDM.”
Kemudian ajang ini bukan sekadar mencari pemenang, tetapi membentuk karakter seorang chef mulai dari teknik, kreativitas, hingga kesadaran lingkungan.
"Kompetisi ini bukan hanya tentang siapa yang terbaik di dapur, tetapi bagaimana setiap elemen kuliner dapat menjadi solusi nyata bagi masa depan industri makanan yang lebih bertanggung jawab," pungkas Leo Handoko, Direktur Japfa.